Sabtu, 07 Mei 2011

Modal Kerja

Modal Kerja
Pengertian Modal Kerja
Menurut S. Munawir (2007:114) definisi modal kerja yang umum digunakan yaitu:
a) Konsep kuantitatif
Konsep ini menitik beratkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital).
b) Konsep kualitatif
Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek (net working capital) yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan.
c) Konsep fungsional
Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka yang menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan dalam periode ini (current income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memproleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Misalnya; bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya.
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:57) mengemukakan modal kerja dapat dibagi menurut konsep sebagai berikut :
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini berdasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam didalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital).
2. Konsep Kualitatif
Pada Modal kerja menurut konsep kualitatif adalah merupakan selisih antara aktiva lancar diatas hutang lancar. Digunakan modal kerja ini, merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa menunggu likuiditas. Konsep ini biasanya disebut dengan modal kerja netto (net working capital).
3) Konsep Fungsional
Konsep ini berdasarkan pada fungsi dari pada dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam satu periode akuntansi tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode tersebut (current income) dan ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan “current income”. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud utama didirikan perusahaan.

Selanjutnya Jumingan (2009:66), mendefinisikan ada dua modal kerja yang lazim dipergunakan, yakni sebagai berikut :
1) Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek. Kelebihan ini disebut kelebihan bersih (net working capital). Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva lancar yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri.
2) Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto (gross working capital).
3) Modal kerja adalah jumlah dana yang dingunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut.

Sundjaja dan Inge Barlian (2002:155), menjelaskan definisi modal kerja adalah sebagai berikut :
1) Modal kerja yaitu aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha.
2) Modal kerja adalah kas/bank, surat-surat berharga yang mudah di uangkan (cek, giro, deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi 1 tahun atau jangka waktu operasi normal perusahaan.
3) Modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dan pasiva lancar perusahaan.

Lebih lanjut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005:112) “Modal kerja didefinisikan sebagai total aktiva lancar (gross working capital) atau selisih antara aktiva lancar dan utang lancar (net working capital)”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa modal kerja bisa didefinisikan sebagai modal bersih selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar yang selalu dingunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari.

Pentingnya Modal Kerja
Modal kerja terlalu kecil atau kurang, maka perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan langganan seperti membeli bahan mentah, membayar gaji pegawai dan upah buruh ataupun kewajiban-kewajiban lainnya yang segera harus dilunasi. Tetapi bila mana modal kerja cukup, akan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan memungkinkan suatu perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin.
Luna Haningsih (2009:05) menjelaskan pentingnya modal kerja sebagai berikut:
a) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
b) Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
c) Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaanuntuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
d) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumen.
e) Memungkinkan bagi perusahaan memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganan.
f) Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efesien karena tidak ada kesulitan untuk memproleh barang maupun jasa yang dibutuhkan.

Menurut S. Munawir (2007:116) menjelaskan beberapa manfaat yang diperoleh apabila modal kerja tercukupi di dalam perusahaan :
b) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai aktiva lancar.
c) Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunaya.
d) Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya- bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
e) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumennya.
f) Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.
g) Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien kerena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan.

Sedangkan menurut Jumingan (2009:67), manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut :
1) Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya aktiva lancar, seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunya harga persediaan karena harganya merosot.
2) Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.
3) Memungkinkan perusahaan dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.
4) Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan sebagainya.
5) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.
6) Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada pelanggan.
7) Memungkinkan perusahaan dapat beoperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa dan suplai yang dibutuhkan.
8) Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.

Jumlah modal kerja yang cukup akan menjamin kegiatan operasional perusahaan secara efisien dan efektif mungkin ; dan jika modal kerja berlebihan, akan berpengaruh kepada sebagian dana tidak produktif, dan tentunya ini kurang baik bagi perusahaan.
Jenis-jenis Modal Kerja
Menurut Bambang Riyanto (2001:60), pada umumnya jenis modal kerja dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Modal kerja permanen (Permanen Working Capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanen Working Capital ini dapat dibedakan dalam :
a) Modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
b) Modal kerja normal (Normal Working Capital) yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
2) Modal kerja variabel (Variabel Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara :
a) Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b) Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi.
c) Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak.

Sundjaja dan Inge Barlian (2002:161), mengemukakan modal kerja yang dibutuhkan dibagi atas :
1) Modal kerja permanen (permanent working capital), pembiayaan yang dibutuhkaan oleh aktiva tetap ditambah bagian tertentu yang tetap dari aktiva lancar perusahaan yang tidak berubah sepanjang tahun.
2) Modal kerja variable/musiman (variable/seasonal working capital)
Pembiayaan yang dibutuhkan untuk aktiva lancar yang bersifat sementara dan bervariasi sepanjang tahun.

Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Menurut S. Munawir (2007:117) modal kerja dalam suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1) Sifat atau type dari perusahaan.
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri, kerena untuk perusahaan jasa, misalnya perusahaan listrik, perusahaan air minum, dan perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang perhubunga, baik darat maupun udara tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Kebutuhan uang tunai untuk membayar gaji pegawai maupun untuk membiayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan-penerimaan saat itu juga, sedangkan piutang biasanya dapat ditagih dalam waktu yang relatif pendek.
2) Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memproleh barang yang akan dijual harga persatuan barang tersebut.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut dijual. makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau untuk memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.
3) Syarat pembelian bahan atau barang dagangan.
Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang akan digunakan untuk memproduksi barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, makin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula.
4) Syarat Penjualan
Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang dan untuk memperkecil resiko adanya piutang yang tak tertagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada pembeli, karena dengan demikian para pembeli akan tertarik untuk membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.
5) Tingkat perputaran persediaan
Tingkat perputaran persediaan (inventory turn-over), menunjukan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan akan dijual lagi. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah. Semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.

Sumber- Sumber Modal Kerja
Menurut S. Munawir (2007:120) menjelaskan sumber-sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari :
1) Hasil Operasi Perusahaan
Jumlah laba bersih yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau laba dari perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan, maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.
2) keuntungan dari Penjualan Surat-Surat Berharga (Investasi Jangka Pendek)
Surat berharga yang dimiliki oleh perusahaan untuk jangka pendek adalah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja.
3) Penjualan Aktiva Tidak Lancar
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut.
4) Penjualan Saham atau Obligasi
Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya.
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2005:117), empat aktivitas pembelanjaan (Sumber) yang memberikan modal kerja adalah sebagai berikut :
1) Operasi Periode Berjalan.
Sumber modal kerja yang penting adalah yang berasal dari aktifitas operasi perusaan selama periode berjalan. Laporan laba-rugi memuat data tentang aktifitas operasi perusahaan, dan karena kita dapat menggunakan data tersebut untuk menentukan jumlah modal kerja yang berasal dari operasi.
2) Penjualan Aktiva Tak Lancar.
Apabila perusahaan menjual aktiva tetap, investasi jangka panjang, atau aktiva lancar lainnya secara tunai, maka modal kerja perusahaan akan naik sejumlah yang diterima dari penjualan tersebut.
3) Penerbitan Utang Jangka Panjang.
Penerbitan surat utang jangka panjang, seperti wesel atau obligasi secara tunai akan mengakibatkan kenaikan modal kerja sebesar jumlah yang diterima pada saat utang tersebut diterbitkan.
4) Penerbitan Modal Saham.
Penerbitan saham istimewa atau saham biasa secara tunai atau aktiva lancar lainnya, akan meningkatkan modal kerja, karena transaksi ini mengakibatkan kenaikan aktiva lancar dan modal dengan jumlah yang sama.

Dari uraian tentang sumber-sumber modal kerja tersebut maka S. Munawir (2007:123) menyimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah apabila :
1) Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan.
2) Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang di imbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi.
3) Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotik atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.


Penggunaan Modal Kerja
Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005:122) penggunaan modal kerja yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar adalah sebagai berikut :
1) Pembelian Aktiva Tak Lancar.
Apabila aktiva tak lancar seperti tanah, gedung, mesin, peralatan atau investasi jangka panjang dibeli dengan cara ditukar dengan aktiva lancar atau utang lancar, maka modal kerja akan mengalami penurunan dengan jumlah sebesar harga beli aktiva tersebut.
2) Pembayaran Utang Jangka Panjang.
Apabila perusahaan menggunakan aktiva lancar untuk membayar utang jangka panjang, seperti utang obligasi, maka modal kerja perusahaan akan mengalami penurunan sebesar jumlah aktiva lancar yang digunakan tersebut.
3) Pembelian atau Penarikan Kembali Modal Saham.
Apabila kas atau aktiva lancar lainnya digunakan oleh perusahaan untuk membeli saham untuk ditarik kembali atau dimiliki kembali sebagai treasury, maka modal kerja akan berkurang (penggunaan modal kerja) sebesar aktiva lancar yang digunakan. Demikian pula apabila memilih perusahaan menarik dana dari perusahaan, maka modal kerja perusahaan juga akan berkurang.
4) Pengumuman Deviden Kas.
Pengumuman deviden oleh perusahaan, yang akan dibayar secara tunai (kas) akan meyebabkan modal kerja perusahaan berkurang, yang berarti penggunaan modal kerja. Perlu diperhatikan, bahwa pengumuman dividen, dan bukan pembayarannya, yang mempengaruhi modal kerja. Pengumuman deviden membentuk utang dividen (utang lancar), yang menyebabkan modal kerja berkurang, Pada saat kas harus dibayarkan atas deviden tersebut, aktiva lancar (kas) dan utang dividen (utang lancar) akan berkurang dengan jumlah yang sama sehingga tidak mempengaruhi modal kerja.

Menurut S. Munawir (2007:125) penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunya modal kerja adalah sebagai berikut :
1) Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya.
2) Kerugian-kerugian yang di derita oleh perusahaan karna adanya penjualan surat berharga atau efek, maupun kerugian yang insidentil lainnya.
3) Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan obligasi, dana pensiunan pegawai, ataupun dana lainnya.
4) Adanya pertambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat kurangnya modal kerja.
5) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali (untuk sementara maupun untuk seterusnya) saham perusahaan yang beredar, atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar.
6) Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuangan oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran dividen dalam perseroan terbatas.

Rasio Modal Kerja

Sundjaja dan Inge Barlian (2002:110), tiga ukuran dasar dari likuiditas yaitu :
1) Modal kerja bersih, merupakan alat ukur likuiditas yang diperoleh dari aktiva lancar dikurangi pasiva lancar.
Modal kerja bersih = Aktiva Lancar – Pasiva lancar
(Net Working Capital = Current Assets – Current Liabilities)
2) Rasio Lancar, merupakan alat ukur likuiditas yang diperoleh dengan membagi aktiva lancar dengan passive lancar.
Rasio Lancar = Aktiva Lancar
_____________
Pasiva Lancar
Current Ratio = Current Assets
______________
Current Liabilities
3) Rasio cepat, sama dengan Rasio lancar kecuali tanpa memperhitungkan persediaan yang dianggap sebagai aktiva lancar yang kurang likuid.
Rasio Cepat = Aktiva Lancar – Persediaan
_________________
Pasiva Lancar
Quick Acid Ratio = Current Assets – Inventory
___________________
Current Liabilities

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005:83), “tingginya angka modal kerja dapat disebabkan adanya persediaan yang telah usang atau tidak laku terjual”. Angka modal kerja harus dilengkapi dengan angka-angka current ratio, quick ratio, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berikut ini.
a) Current Ratio,
Elemen-elemen yang digunakan dalam perhitungan modal kerja dapat dinyatakan dalam ratio, yang membandingkan total aktiva lancar dan utang lancar. Ratio ini disebut dengan Current Ratio, yang dihitung dengan formula sebagai berikut :
Current Ratio = Aktiva lancar
_____________
Hutang Lancar

Aktiva lancar menggambarkan alat bayar dan diasumsikan semua aktiva lancar benar-benar bisa digunakan untuk membayar. Sedangkan utang lancar menggambarkan yang harus dibayar dan diasumsikan semua utang lancar benar-benar harus dibayar.
b) Acid-Test Ratio
Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih teliti ditemukan pada angka ratio yang disebut Acid-test ratio atau quick ratio. Pada ratio ini, pos persediaan dan persekot biaya dikeluarkan dari total aktiva lancar, dan hanya menyisahkan pos-pos aktiva lancar yang likuid saja yang akan dibagi dengan utang lancar. Quick ratio dihitung dengan formula sebagai berikut :
Quick Ratio (acid test ratio)= Aktiva Lancar – Persediaan – Persekot Biaya
Utang Lancar

Quick ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik perusahaan dapat memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuidasi atau terlalu bergantung pada persediaannya. Persediaan tidak bisa sepenuhnya diandalkan, karena persediaan bukanlah sumber kas yang bisa segera diperoleh, dan bahkan mungkin tidak mudah dijual pada kondisi ekonomi yang lesu.
c) Perputaran Piutang
Perputaran ini dingunakan karena untuk memberikan ukuran kasar tentang seberpa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka jumlah hari piutang ini mengambarkan lamanya suatu piutang bisa ditagih (jangka waktu perlunasan/penagihan piutang). Ratio perputaran piutang dan jumlah hari dapat dihitung sebagai berikut :
Penjualan (kredit)
Perputaran Piutang = _______________
Rata-rata Piutang

Jumlah Hari Pertahun
Jumlah Hari Piutang = ________________
Perputaran Piutang

d) Perputaran Persediaan
Ratio perputaran persediaan mengukur berapa kali persediaan perusahaan telah dijual selama periode tertentu. Ratio perputaran persediaan dapat di hitung sebagai berikut :
Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan
___________________
Rata-rata Persediaan


Jumlah Hari Pertahun
Jumlah Hari Persediaan = ________________
Perputaran Persediaan

Selanjutnya S. Munawir (1007:72), Untuk menilai posisi keuangan jangka pendek (likuiditas), berikut ini diberikan beberapa ratio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa tersebut, yaitu:
1) Current Ratio
Perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Ratio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar (yang segera dapat dijadikan uang) ada sekian kalinya hutang jangka pendek, rasio ini paling umum dingunakan untuk menganalisa posisi modal kerja suatu perusahaan.
Current Ratio =Aktiva lancar
_____________
Hutang Lancar

2) Acid Test Ratio
Rasio ini juga sering disebut sebagai Quick Ratio yaitu perbandingan antara (aktiva lancar - persediaan) dengan hutang lancar. Ratio ini merupakan ukuran kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relative lama untuk direlisir menjadi uang kas dan menganggap piutang segera dapat direalisir sebagai uang kas, walaupun kenyataan mungkin persediaan lebih likwid daripada piutang.
Acid Test Ratio = Kas + Efek + Piutang
_____________
Hutang Lancar

3) Perputaran Piutang

Piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya, dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut, yaitu dengan membagi total penjualan kredit dengan piutang rata-rata. Rata-rata piutang memungkinkan dapat dihitung secara bulanan (saldo tiap-tiap akhir bulan dibagi tiga belas) atau tahunan yaitu saldo awal tahun ditambah saldo akhir tahun dibagi dua.
Perputaran piutang = penjualan kredit
_________________
Rata-rata piutang

4) Perputaran Modal Kerja
Untuk menganalisa posisi modal kerja dapat juga dingunakan beberapa ratio lainnya, misalnya ratio antara aktiva lancar dengan total aktiva, ratio antara tiap pos-pos dalam aktiva lancar dengan total aktiva lancar, ratio antara total hutang lancar dengan total hutang, ratio antara tiap-tiap pos hutang lancar dengan total hutang lancar dan lain-lain.
Penjualan
Perputaran Modal Kerja =______________
Modal Kerja Rat-rata

Selanjutnya S. Munawir (2007:104-105) rasio-rasio keuangan dapat dibagi kedalam tiga golongan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas, yaitu :
1. Current ratio = Aktiva lancar
Hutang lancar
2. Acid Test ratio = Kas + efek + piutang
Hutang lancar
3. Cash Ratio = Kas+ efek
Hutang lancar
4. Perputaran piutang = penjualan
Rata-rata piutang
5. Periode rata- rata = 360
Pengumpulan piutang perputaran piutang
6. Perputaran persediaan = Harga pokok
Rata-rata persediaan
7. Periode rata-rata per-
Sediaan tersimpan digd = 360
Perputaran
8. Perputaran modal kerja = penjualan
Modal kerja rata-rata

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites